Mustika Kebo Landoh (22)
Perlu di ketahui pada Mustika Kebo Landoh ini adalah isi dan Energinya bukan seperti yang anda kenal pada umumnya berbentuk tulang dan berbulu. akan tetapi tidak mengurangi segala manfaat dan khasiatnya yang tidak jauh berbeda dengan Mustika Kebo Landoh yang terbuat dari tulang tersebut. Dikarenakan ini bukan Jimat akan tetapi Mustika. asal usulnya Kebo Landoh telah abah Cakra Alam utarakan di bawah ini untuk pengetahuan anda, yang Abah Cakra Alam miliki seperti pada gambar dibawah ini. yang akan di maharkan pada siapa saja yang ingin meminangnya
ASAL USULNYA KEBO LANDOH
Menurut cerita, asal-usul lulang/kulit Kebo Landoh bearasal dari Desa Landoh. Awalnya ada kejadian tidak di sengaja yang menjadikan orang-orang mengetahui jika lulang Kebo Landoh ternyata memiliki tuah untuk kekebalan.
Menurut cerita, pada masa Kerajaan Mataram dibawah kepemimpinan Sultan Agung, beliau (Sultan Agung) mempunyai abdi bernama mbah Saridin yang kemudian dikenal dengan julukan Syekh Jangkung.
Ketika usia mbah Saridin/Syekh Jangkung sudah sepuh, beliau memilih untuk hidup sebagai petani dengan membuka perkampungan baru.
Dalam perjalanannya mencari perkampungan, Syekh Jangkung sampai di desa Lose. Di desa tersebut dia bertemu dengan 7 orang yang sedang memperbaiki atap sebuah rumah. Dari situ Syekh Jangkung ingin membuktikan kebaikan perilaku ketujuh orang tersebut.
Lantas, Syekh Jangkung mengalihkan perhatian orang-orang tersebut dengan bertanya apakah ada warga sekitar yang akan menjual kerbau. Jika ada yang akan menjual kerbau, maka Syekh Jangkung berniat ingin membeli 2 ekor kerbau dengan alasan untuk keperluan membajak sawah.
Melihat penampilan Syekh Jangkung yang tidak meyakinkan dengan pakaian compang-camping, ketujuh orang tersebut tidak mengindahkan pertanyaannya. Mereka malah menghinanya dengan kata-kata yang menyakitkan.
Mereka mengatakan tidak akan ada orang yang mau menjual kerbau kepadanya. Tapi jika mau, dia akan diberi kerbau yang sudah mati.
Diluar dugaan mereka, ternyata Syekh Jangkung menerima tawaran itu. Lalu berangkatlah mereka bersama dengan Syekh Jangkung menuju ketempat keberadaan kerbau yang mati tersebut.
Sesampainya ditempat tersebut, Syekh Jangkung menatap kerbau yang sudah tidak bergerak itu. Badan kerbau yang mati tersebut sangat besar dengan tanduk yang panjang melengkung.
Setelah melihat kerbau mati itu, Syekh Jangkung kemudian sholat dan meminta kepada Allah agar kerbau itu dihidupkan kembali. Syekh Jangkung berkata "Sekarang bangunlah", sambil mengelus-elus tanduk kerbau itu. Ajaibnya, tiba-tiba kerbau itu mengibaskan ekornya yang menandakan jika kerbau tersebut hidup kembali.
Melihat keajaiban itu maka ketujuh orang yang semula meremehkan Syekh Jangkung langsung bersujud untuk menyampaikan permintaan ma'afnya.
Sejak itu Syekh Jangkung membuka perkampungan di tempat tersebut yang kemudian dikenal dengan nama Desa Landoh.
Kabar bahwa Syekh Jangkung dapat menghidupkan kerbau yang sudah mati kemudian menyebar luas dan sampai ke telinga Sultan Agung yang lantas mengirimnya dua ekor kebau.
Akhirnya, Syekh Jangkung menetap di desa Landoh dan menjadi seorang petani. Sebelum meninggal dunia, Syekh Jangkung berpesan kepada anaknya agar kelak jika Syekh Jangkung meninggal dunia, kerbau itu disembelih dan dagingnya dibagikan kepada seluruh penduduk desa Landoh.
Tapi ketika Syekh Jangkung meninggal dunia, kerbau ajaib itu menghilang dan baru muncul pada hari ke-40 kematian Syekh Jangkung. Oleh anaknya, kerbau itu kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada semua penduduk desa Landoh sesuai pesan ayahnya. Sedangkan kulit/lulangnya disimpan olehnya dengan rapi.
Suatu ketika ada seorang pedagang yang kehilangan sabuk pengikat barang dagangannya. Pedagang tersebut bertemu dengan Tirtokusumo (anak dari Syech Jangkung) dan mengadukan masalahnya. Kemudian Tirtokusumo memberikan lulang kerbau peninggalan ayahnya untuk mengikat barang dagangannya yang dibawa menggunakan sapi.
Tapi dipinggir desa sapi yang mengenakan lulang kerbau dari Tirtokusumo itu mengamuk tidak terkendali dan tidak ada seorang pun yang bisa manangkap atau membunuhnya karena sapi tersebut kebal terhadap senjata tajam.
Setelah sapi tersebut kelelahan, Tirokusumo kemudian mendekatinya dan mengambil lulang kerbau yang terikat ditubuh sapi tersebut.
Setelah sapi yang mengamuk tersebut tidak lagi mengenakan lulang kerbau Syekh Jangkung maka dengan mudah bisa dibunuh dengan tombak.
Dari kejadian itu, akhirnya masyarakat yakin jika lulang kerbau milik Syekh Jangkung dapat digunakan sebagai jimat kekebalan.
Tirtokusumo kemudian memotong-motong lulang/kulit kerbau peninggalan ayahnya itu dengan ukuran kecil-kecil dan membagikannya kepada penduduk Desa Landoh, termasuk kepada Sultan Agung.
Dari situlah cerita asal-usul lulang/kulit Kebo Landoh yang merupakan kulit dari kerbau milik Syekh Jangkung dari desa Landoh.
Menurut cerita, pada masa Kerajaan Mataram dibawah kepemimpinan Sultan Agung, beliau (Sultan Agung) mempunyai abdi bernama mbah Saridin yang kemudian dikenal dengan julukan Syekh Jangkung.
Ketika usia mbah Saridin/Syekh Jangkung sudah sepuh, beliau memilih untuk hidup sebagai petani dengan membuka perkampungan baru.
Dalam perjalanannya mencari perkampungan, Syekh Jangkung sampai di desa Lose. Di desa tersebut dia bertemu dengan 7 orang yang sedang memperbaiki atap sebuah rumah. Dari situ Syekh Jangkung ingin membuktikan kebaikan perilaku ketujuh orang tersebut.
Lantas, Syekh Jangkung mengalihkan perhatian orang-orang tersebut dengan bertanya apakah ada warga sekitar yang akan menjual kerbau. Jika ada yang akan menjual kerbau, maka Syekh Jangkung berniat ingin membeli 2 ekor kerbau dengan alasan untuk keperluan membajak sawah.
Melihat penampilan Syekh Jangkung yang tidak meyakinkan dengan pakaian compang-camping, ketujuh orang tersebut tidak mengindahkan pertanyaannya. Mereka malah menghinanya dengan kata-kata yang menyakitkan.
Mereka mengatakan tidak akan ada orang yang mau menjual kerbau kepadanya. Tapi jika mau, dia akan diberi kerbau yang sudah mati.
Diluar dugaan mereka, ternyata Syekh Jangkung menerima tawaran itu. Lalu berangkatlah mereka bersama dengan Syekh Jangkung menuju ketempat keberadaan kerbau yang mati tersebut.
Sesampainya ditempat tersebut, Syekh Jangkung menatap kerbau yang sudah tidak bergerak itu. Badan kerbau yang mati tersebut sangat besar dengan tanduk yang panjang melengkung.
Setelah melihat kerbau mati itu, Syekh Jangkung kemudian sholat dan meminta kepada Allah agar kerbau itu dihidupkan kembali. Syekh Jangkung berkata "Sekarang bangunlah", sambil mengelus-elus tanduk kerbau itu. Ajaibnya, tiba-tiba kerbau itu mengibaskan ekornya yang menandakan jika kerbau tersebut hidup kembali.
Melihat keajaiban itu maka ketujuh orang yang semula meremehkan Syekh Jangkung langsung bersujud untuk menyampaikan permintaan ma'afnya.
Sejak itu Syekh Jangkung membuka perkampungan di tempat tersebut yang kemudian dikenal dengan nama Desa Landoh.
Kabar bahwa Syekh Jangkung dapat menghidupkan kerbau yang sudah mati kemudian menyebar luas dan sampai ke telinga Sultan Agung yang lantas mengirimnya dua ekor kebau.
Akhirnya, Syekh Jangkung menetap di desa Landoh dan menjadi seorang petani. Sebelum meninggal dunia, Syekh Jangkung berpesan kepada anaknya agar kelak jika Syekh Jangkung meninggal dunia, kerbau itu disembelih dan dagingnya dibagikan kepada seluruh penduduk desa Landoh.
Tapi ketika Syekh Jangkung meninggal dunia, kerbau ajaib itu menghilang dan baru muncul pada hari ke-40 kematian Syekh Jangkung. Oleh anaknya, kerbau itu kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada semua penduduk desa Landoh sesuai pesan ayahnya. Sedangkan kulit/lulangnya disimpan olehnya dengan rapi.
Suatu ketika ada seorang pedagang yang kehilangan sabuk pengikat barang dagangannya. Pedagang tersebut bertemu dengan Tirtokusumo (anak dari Syech Jangkung) dan mengadukan masalahnya. Kemudian Tirtokusumo memberikan lulang kerbau peninggalan ayahnya untuk mengikat barang dagangannya yang dibawa menggunakan sapi.
Tapi dipinggir desa sapi yang mengenakan lulang kerbau dari Tirtokusumo itu mengamuk tidak terkendali dan tidak ada seorang pun yang bisa manangkap atau membunuhnya karena sapi tersebut kebal terhadap senjata tajam.
Setelah sapi tersebut kelelahan, Tirokusumo kemudian mendekatinya dan mengambil lulang kerbau yang terikat ditubuh sapi tersebut.
Setelah sapi yang mengamuk tersebut tidak lagi mengenakan lulang kerbau Syekh Jangkung maka dengan mudah bisa dibunuh dengan tombak.
Dari kejadian itu, akhirnya masyarakat yakin jika lulang kerbau milik Syekh Jangkung dapat digunakan sebagai jimat kekebalan.
Tirtokusumo kemudian memotong-motong lulang/kulit kerbau peninggalan ayahnya itu dengan ukuran kecil-kecil dan membagikannya kepada penduduk Desa Landoh, termasuk kepada Sultan Agung.
Dari situlah cerita asal-usul lulang/kulit Kebo Landoh yang merupakan kulit dari kerbau milik Syekh Jangkung dari desa Landoh.
- Sebagai sarana Kekebalan.
- Sebagai sarana Perlindungan Diri.
- Keselamatan dari Serangan Gaib.
- Selamat dari Serangan Santet, Tenung, Teluh
- Sebagai sarana AntiAihir dan Anti Guna guna.
- Sebagai Perlindungan Diri dari musuh yang ingin mencelakakan.
- Keselamatan dari Bencana.
- Perlindungan diri dari Gangguan Gaib yang mengancam.
- Perlindungan diri dari Gendam.
- Sebagai saran membersihkan diri atau tempat tinggal.
- Membersihakan Aura negatif ditemepat usaha anda.
- Pagar Diri dari KhodamJahat.
- Pagar diri dari Jin Jahat.
- Sarana Kekebalan dari segala bentuk Serangan Gaib maupun Fisik.
- Sarana ampuh sebagai Ageman diri/untuk perjagaan diri
- Mustika Kebal Senjata apapun
- Kewibawaan yang membuat orang lain segan terhadapt anda
- Meredam Ilmu Ghaib yang menyerang anda
- Meningkatkan Kekebalan Tubuh dan tak mudah sakit meskipun pada cuaca apapun
- Sarana Penyembuhan Fisik maupun Ghaib
- Meningkatkan Power tTenaga Dalam
- Menciutkan niat orang yang akan berbuat jahat dengan anda
- Meringankan cidera/sakit yang tengah anda alami dari kecelakaan
- Khodam ampuh yang selalu menjaga Tuanya
Dalam setiap benda sudah selayaknya memiliki fungsi / manfaat masing masing bukan berarti menduakan Tuhan atau Menyembah benda tersebut akan tetapi menjadikan benda tersebut penunjang atau sarana agar segala kebutuhan dan keinginan dapat segera tercapai, dan segala hasil yang telah kita dapatkan dengan segala sarana atau penunjang yang kita miliki sudah selayaknya bersyukur kepada-Nya karena tak terbantahkan oleh apapun bahwa segala keputusan yang ada di dunia ini hanya di tangan Allah SWT.
Cara penggunaan Mustika Kebo Landoh akan kami sertakan bersamaan pengiriman barangnya
Cara perawatan Mustika Kebo Landoh: akan kami sertakan bersamaan pengiriman barangnya
Mahar Mas Kawin Mustika Kebo Landoh Rp. 2.350.000
Cara Mendapatkan Mustika Kebo Landoh
Bagi saudara yang berminat silahkan saja langsung hub Abah Cakra Alam
Kirimkan SMS ke nomer yang telah kami sediakan dengan format seperti dibawah ini
Kode Barang yang di pesan :........
Nama Lengkap :…
Tgl Lahir :….
Alamat Lengkap :…
Kontak Website Abah Cakra Alam
Abah Cakra Alam : +62823 2277 1936
APAPUN YANG ANDA CARI, INSYA ALLAH ADA DISINI
ADA PERTANYAAN?? CHAT KAMI VIA WHATSAPP, TINGGAL KLIK GAMBAR APP WHATSAPP YANG BERWARNA HIJAU DI HANDPHONE ANDA.
Perawatan Secara Gaib sangatlah mudah, cukup menyandingkan Minyak Perawatan Pusaka dan membuka penutupnya, jika anda mau oleskan itu lebih baik. Lakukan satu malam penuh setiap Malam Jumat Kliwon atau Malam Selasa Kliwon atau Setiap Tanggal Lahir anda (bisa pilih salah satu). Jika anda lupa memberi minyak tidak akan ada efek samping hanya energi Mustika kurang maksimal.
Cara Perawatan Fisik Mustika Kebo Landoh
Perawatan Secara Fisik tetap sangat dibutuhkan terutama bagi pecinta Batu Akik dan Batu Permata yang lebih mengutamakan keindahan Batu Mustika secara fisik. Cara Perawatan Batu Mustika dari segi fisik cucilah dengan air bersih setiap satu bulan sekali, lebih sering lebih baik. jangan menggunakan obat kimia, menggunakan sabun masih diperbolehkan, setelah dicuci keringkan dengan kain ekstra halus.
Pantangan Mustika Kebo Landoh
Dilarang menyembahnya karena hanya kepada Tuhan kita Wajib Menyembah, selebihnya karena proses mendapatkannya dengan jalan yang baik tanpa ada unsur perjanjian tumbal dengan para khodam dan para jin, maka mustika tersebut tidak ada pantangan sama sekali, bisa untuk semua agama, bisa dimiliki bagi yang Sudah atau Belum mempunyai pusaka.
Harga Mahar Mustika Kebo Landoh
Sangat terjangkau bukan karena mustika murahan, namun kami memaharkan mustika yang paling utama sebagai sarana menjalin silaturahmi dengan anda, dan tidak mengutamakan keuntungan semata. Karena itu kami persilahkan anda membandingkan dengan penjual lain, Insyaallah dari segi kualitas, pelayanan, harga mahar kami yang terbaik.
Efek Samping Mustika Kebo Landoh
Saat lupa dalam memberi minyak, terbawa ke toilet, satu tempat dengan pusaka lain dan sebagainya, sangatlah aman dan tidak ada efek samping negatif.